Selasa, 19 Mei 2015

Kisah Sirah Nabi Muhammad -MENEMUKAN ZAMZAM- 18

Assalaamu'alaikum Warhaahmatullahi Wa Barakaatuh

Ayah Bunda, kita lanjutkan lagi ya ceritanya, sekarang masuk ke judul yang ke 18 tentang :

"MENEMUKAN ZAMZAM"

Malam harinya, dengan tubuh lelah, Abdul Muthalib tertidur. Tiba-tiba, dalam tidur, ia bermimpi mendengar suara yang bergema berulang-ulang. "Temukan Sumur Zamzam itu, wahai Abdul Muthalib! Temukan Sumur Zamzam! Temukan!"

Abdul Muthalib terbangun dengan keyakinan dan semangat baru. Esoknya, ia mengajak Harits menggali dan menggali dengan lebih giat. Rasa heran orang-orang Quraisy yang melihatnya berubah menjadi tawa.

"Kasihan Abdul Muthalib , mungkin ia sudah kehilangan akal sehatnya!" kata mereka satu sama lain.

Suatu saat, ketika mereka sedang menggali di antara berhala Isaf dan Na'ila, air membersit.

"Air! Harits! Lihat, ada air!" seru Abdul Muthalib saking kagetnya.

"Ayo kita gali terus. Ayah! Ayo gali terus!"

Ketika mereka menggali lebih dalam, tampaklah pedang-pedang dan pelana emas yang pernah ditaruh oleh Mudzaz bin Amr dahulu. Melihat penemuan itu, orang-orang Quraisy datang berbondong-bondong.

"Abdul Muthalib, mari kita berbagi air dan harta emas itu!" pinta mereka.

"Tidak! Tetapi, marilah kita mengadu nasib antara aku dan kamu sekalian dengan permainan qidh (anak panah). Dua anak panah buat Ka'bah, dua buat aku, dan dua buat kamu. Kalau anak panah itu keluar, ia mendapat bagian. Kalau tidak, dia tidak mendapat apa-apa."

Usul ini disetujui. Juru qidh mengundinya di tengah-tengah berhala di depan Ka'bah. Ternyata, anak panah Quraisy tidak ada yang keluar. Pemenangnya adalah Abdul Muthalib dan Ka'bah. Karenanya, dapatlah Abdul Muthalib meneruskan tugasnya mengurus air dan keperluan para tamu Mekah setelah Sumur Zamzam memancar kembali.

Mengingat beratnya tugas itu, Abdul Muthalib sangat ingin agar ia mempunyai banyak anak laki-laki yang dapat membantunya.

Ayah Bunda, apakah keinginannya terkabul ?

--- to be continued ---

Ensiklopedi Mini :

"PEDANG DAN PELANA EMAS"

Abdul Muthalib memasang pedang-pedang itu di pintu Ka'bah, sedangkan pelana-pelana emas ditaruh di dalam rumah suci itu sebagai perhiasan.

Sumber :
Buku Muhammad Teladanku, Jilid 1 (Kelahiran Rasulullah)
Halaman 36-37.

#SygmaDayaInsani
#OneDayOneShiroh
#MuhammadTeladanku

0 komentar:

 

Cuman Cerita Kami Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template